Berdasarkan laporan dari lembaga riset Ernst & Young Indonesia, perekonomian di Indonesia menunjukkan kinerja baik selama beberapa dekade terakhir. Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia menjadi yang tercepat di Asia Tenggara. Pada 2021, nilai ekonomi Indonesia tercatat sekitar USD 70 Miliar.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi menjadi terbesar ke-8 pada 2040. Pada 20 tahun nanti Indonesia akan mendapat US$173 miliar. Nilai tadi berasal dari sektor industri komunikasi dan telekomunikasi. Prediksi tadi muncul karena atas dasar kondisi demografi, pertumbuhan UMKM, dan adopsi teknologi digital yang masif di Indonesia.
Pertumbuhan positif ekonomi digital Indonesia ternyata sejalan dengan perkembangan investasinya. Hasil riset Google, Temasek, Bain & Company (2021) menunjukan bahwa nilai investasi ekonomi digital Indonesia sepanjang Q1-2021 sebesar 4,7 miliar USD dan telah melampaui nilai tertinggi selama empat tahun terakhir. Capaian inilah yang memposisikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi terpopuler di Asia Tenggara, melampaui Singapura.
Selain investasi, Indonesia masih punya potensi lain untuk memperkuat ekonomi digital. Pada 2021 misalnya, nilai transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp401,25 Triliun, dengan volume transaksi sebesar 1,73 miliar. Tren positif ekonomi digital Indonesia menjadi peluang besar khususnya bagi para pelaku industri teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Peluang tadi bisa terlihat dari munculnya 9 unicorn dengan valuasi di atas US$1 miliar. Salah satunya bahkan sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2022.
Pada momen acara Penawaran Umum Perdana Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk di Bursa Efek Indonesia, Presiden RI Joko Widodo berharap IPO saham GOTO bisa memotivasi anak muda Indonesia untuk memberikan energi baru bagi lompatan kemajuan ekonomi Indonesia. Sebagai decacorn pertama Indonesia, GOTO mengambil langkah awal untuk percepatan transformasi menjadi perusahaan teknologi terdepan yang mampu bersaing dengan raksasa teknologi asing.
Meski begitu, implementasi ekosistem digital Indonesia keseluruhan masih dalam tahap awal, sehingga membutuhkan dukungan beberapa pihak untuk bisa berkembang lebih jauh. Beberapa tantangan yang muncul seperti pasar kurang tergarap baik, kesenjangan antar daerah, minimnya literasi digital, persoalan akses keuangan, dan lainnya. Dari sisi pelaku industri, tantangan yang muncul diantaranya inefisiensi pelayanan pelanggan, logistik, biaya operasional tinggi, disrupsi rantai pasokan IT, dan keterbatasan intelijen pasar.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian terus berkomitmen untuk mendorong potensi ekonomi digital nasional. Pemerintah menyiapkan kerangka pengembangan ekonomi digital 2021-2030 yang jadi guideline untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif, terhubung, dan berkelanjutan. Langkah strategis yang dilakukan pemerintah seperti perluasan kemampuan industri software konten dalam negeri.
Kemenperin mengadakan program bimtek untuk melatih generasi muda Indonesia. Tujuannya agar mereka bisa berkontribusi secara riil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi digital nasional. Lewat program bimtek, Kemenperin mengharapkan software aplikasi, game, dan animasi buatan lokal mampu bersaing dengan produk global.
Langkah strategis lain diantaranya perluasan infrastruktur digital, menyiapkan peta jalan transformasi digital di sektor-sektor strategis, percepatan integrasi pusat data nasional, persiapan kebutuhan SDM digital, serta menyiapkan regulasi untuk skema, pendanaan, dan pembiayaan.
Kerangka pengembangan ekonomi digital tadi mencakup 4 pilar. Pertama, pengembangan talenta digital yang punya keterampilan dalam sains dan teknologi. Kedua, infrastruktur digital dan fisik yang kuat untuk meningkatkan arus ekonomi serta menciptakan peluang kerja di kedua sektor tersebut. Ketiga, penyederhanaan birokrasi meliputi kebijakan, aturan, dan standar yang mendukung dan mengurangi hambatan inovasi. Terakhir, riset dan inovasi digital untuk menciptakan nilai tambah industri dan mengurangi ketergantungan sumber daya alam.