Literasi keuangan dan keuangan inklusif, adakah keterkaitan antar keduanya? Sebelum masuk ke pembahasan itu, Kita perlu menyamakan definisi keduanya terlebih dahulu. Pertama, literasi keuangan itu pada dasarnya adalah suatu pegangan seseorang dalam mengambil keputusan keuangan. Sementara inklusi keuangan gampangnya merupakan ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Agaknya, tidak banyak masyarakat modern yang memahami pentingnya literasi dan inklusi keuangan. Hal ini berdampak pada kehidupan mereka sehingga kerugian yang dialami cukup tinggi. Seperti kredit motor, masyarakat yang tidak paham akan literasi keuangan akan didenda jika telat membayar cicilan kredit.
Risiko tersebut membuat masyarakat memiliki masalah dalam pengelolaan keuangan dan minimnya literasi untuk mengelola uang secara optimal. Padahal, literasi keuangan dapat membantu masyarakat agar lebih produktif dan bijak mengatur keuangan mereka dan terhindar dari risiko buruk yang mereka alami.
Nasional Literasi dan Inklusi keuangan (SNLIK), merilis survei di mana indeks literasi keuangan Indonesia meningkat 49,68% dan 85,10%. Peningkatan tersebut naik signifikan dibanding tahun 2019 hanya sebesar 38,03% dan inklusi keuangan 76,19%. Karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan sehingga berdampak baik bagi masyarakat. Upaya dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan diharapkan dapat meningkatkan perlindungan masyarakat secara finansial.
Dengan literasi dan inklusi keuangan yang baik, masyarakat dapat mengambil keputusan bijak bagaimana menggunakan uang semestinya. Inklusi keuangan sendiri menjadi bagian penting dari inklusivitas pada sosial ekonomi terhadap suatu negara. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberantas kemiskinan karena masyarakatnya paham terhadap literasi dan inklusi ekonomi. Adanya akses keuangan yang merata bagi masyarakat membuat kualitas hidup mereka meningkat dan dapat mempersiapkan kehidupan finansial yang lebih baik.
Apa sih yang menyebabkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia rendah?
Hampir 50% jumlah orang dewasa di negara berkembang tidak memiliki rekening atau akses ke lembaga keuangan. Di Indonesia, 50% lebih dari puluhan juta penduduk dewasa belum memiliki rekening di lembaga keuangan pada tahun 2017. Beberapa faktor yang menyebabkan masih banyaknya penduduk yang belum tersentuh layanan keuangan, diantaranya:
- Persoalan geografis, terutama untuk warga yang bertempat tinggal jauh dari area perkotaan (daerah terpencil).
- Beban finansial yang membebani konsumen seperti denda, atau biaya administrasi sata buka tutup rekening.
- Rendahnya literasi keuangan, sehingga masyarakat memilih menggunakan metode tradisional, atau melakukan pinjaman pada bank keliling dan rentenir.
- Ketidakpercayaan terhadap lembaga keuangan: Beberapa orang mungkin memiliki pengalaman buruk dengan lembaga keuangan atau tidak percaya dengan sistem keuangan, sehingga mereka enggan untuk membuka rekening.
Keuangan inklusif digadang-gadang menjadi solusi efektif untuk menjangkau masyarakat unbanked dan underbanked. Kemudahan akses secara tidak langsung akan meningkatkan volume transaksi keuangan. Pemerintah bersama dengan sektor lain seperti perbankan bersinergi untuk merealisasikan program nasional inklusi keuangan. Langkah strategis yang diambil pemerintah salah satunya dengan peningkatan literasi keuangan inklusif.
Perilaku individu yang baik mencerminkan sikap keuangan mereka untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Untuk itu, literasi keuangan menjadi hal penting yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Karena literasi dan inklusi keuangan berdampak pada kesejahteraan hidup masyarakat. Semakin tinggi indeks literasi keuangan dan inklusi masyarakat, maka semakin tinggi juga kesejahteraan mereka. Meski ada gap cukup jauh antara literasi dan inklusi keuangan, Indonesia memiliki peningkatan indeks literasi dan inklusi cukup baik di setiap tahunnya.
Meski belum merata di setiap provinsi, literasi dan inklusi keuangan telah memenuhi target dari Otoritas Jasa keuangan. Karena kurangnya pemerataan di setiap pulau, layanan dan produk keuangan perlu diregulasi secara berkelanjutan agar masyarakat bisa menggunakan layanan keuangan dengan baik. Rendahnya akses keuangan juga terlihat dari supply dan demand. Rendahnya demand (masyarakat) terhadap akses keuangan berkaitan dengan kapabilitas dan kapasitas mereka dalam mengakses produk jasa keuangan. Sedangkan, sisi supply (produk keuangan) memiliki keterbatasan jangkauan layanan.
Tentunya hal ini menjadi kendala karena terbatasnya kualitas dan kuantitas produk jasa keuangan yang harusnya bisa diakses bebas oleh masyarakat. Karena itu inklusi keuangan diharapkan mampu menangani masalah tersebut dengan memberi manfaat yang berguna bagi masyarakat. Dengan memberi potensi pasar baru, human development indeks (HDI) dapat berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Hal akan mengurangi kesenjangan sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat dan tingkat kemiskinan akan berkurang. Adanya literasi keuangan, masyarakat diharapkan mampu terampil dalam mengelola dan mempergunakan uang secara bijak. Meningkatnya literasi dan inklusi keuangan membuat masyarakat lebih paham bagaimana menggunakan uang dengan baik.
Cara Meningkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan
Ada tiga cara utama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat modern. Melalui tiga cara ini, kesenjangan dan kemiskinan akan berkurang signifikan.
Tahu bagaimana menggunakan uang
Penggunaan uang secara konsumtif membuat masyarakat rentan mengalami kemiskinan. Karena itu, membelanjakan uang secara bijak menjadi faktor penting untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bagi masyarakat. Penggunaan uang yang bijak menjadikan hidup lebih terarah dan teratur. Untuk itu, mulailah atur keuangan dengan mencatat jumlah pemasukan dan pengeluaran.
Hitung pengeluaran
Setelah mencatat keuangan, hitung jumlah uang yang dikeluarkan. Pastikan uang tersebut memenuhi kebutuhan primer. Ketika kebutuhan primer telah terpenuhi maka kebutuhan sekunder bisa berjalan dengan meminimalisir gaya hidup yang berlebihan.
Dengan keuangan teratur, maka hidup Kita jadi lebih aman. Catatan keuangan ini bisa dibuat dalam waktu mingguan, harian bahkan bulanan. Hal ini akan mempengaruhi hidup setiap orang karena memiliki pengeluaran dan pemasukan keuangan yang baik. Mengetahui angka pasti keuangan pribadi membuat masyarakat dapat merencanakan keuangan tersebut untuk jangka panjang. Keuangan yang detail juga membuat uang tersebut bisa diatur dengan baik tanpa melakukan pengeluaran yang konsumtif.
Rencanakan tujuan keuangan
Usai menghitung keuangan yang baik, maka rencanakan tujuan keuangan untuk jangka panjang. Karena itu prioritas dalam hidup perlu ditentukan agar rencana keuangan ini berjalan dengan baik. Rencana yang detail dan dapat menentukan prioritas membuat tujuan keuangan setiap orang tercapai di masa depan.
Tujuan ini berguna untuk keluarga, membangun rumah bahkan jalan-jalan. Adanya tujuan keuangan yang baik, setiap orang dapat mengelola keuangan secara bijak sehingga indeks literasi dan inklusi keuangan dapat meningkat lebih baik setiap tahunnya.