Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) 2022 mencatat, Indonesia menjadi negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia. Sebagai negara Muslim terbesar, tren industri halal dan ekonomi syariah diprediksi akan terus tumbuh. Tapi, benarkah proyeksi bank syariah seperti yang diharapkan, atau justru dia tak punya ruang untuk tumbuh?
Sebelum menjawab apakah perbankan syariah tak punya ruang untuk tumbuh, Kita perlu melihat dari berbagai faktor. Beberapa faktor faktanya bisa berpengaruh pada pertumbuhan bank syariah, diantaranya seperti regulasi pemerintah, permintaan pasar, persaingan bisnis, inovasi produk, dan perkembangan ekonomi.
Di beberapa negara, industri perbankan syariah mengalami pertumbuhan positif. Bahkan negara-negara non-Muslim pun melihat potensi positif dengan sistem keuangan berbasis syariah. Meski begitu, sebagian pihak menilai sistem bagi hasil perbankan syariah ini sangat riskan. Hal ini karena besarnya risiko yang ditanggung oleh bank syariah, dan juga inflasi yang cenderung tidak stabil.
Melansir beberapa referensi, ada beberapa alasan mengapa bank syariah dinilai sulit berkembang jika dibandingkan dengan bank konvensional. Sebuah hasil riset menjelaskan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan bank syariah. Faktor internal disebabkan adanya dominasi sektor retail, khususnya UMKM, terbatasnya variasi pembiayaan bank syariah, keterbatasan jaringan kantor bank syariah, dan sistem operasional atau fasilitas teknologi yang kurang efisien.
Sementara faktor eksternal perlambatan pertumbuhan bank syariah diantaranya karena rendahnya literasi keuangan syariah, regulasi pemerintah, dan kondisi ekonomi global seperti turunya IHSG, anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, atau menurunnya daya beli masyarakat.
Meski bank syariah belum mendominasi pasar seperti halnya bank konvensional, namun bukan berarti tidak bisa memberikan inovasi layanan yang baik. Pemerintah juga menunjukkan keseriusan untuk mengembangkan sektor perbankan syariah. Pada Mei 2019, pemerintah meluncurkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019 – 2024. Rancangan ini menjadi pembuka jalan bank syariah bisa masuk ke dalam 10 bank terbesar di Indonesia. Harapannya, bank syariah tidak hanya menyalurkan keuangan saja tapi juga bisa terintegrasi secara menyeluruh.
Setidaknya ada 4 langkah yang digunakan untuk mendorong perbankan syariah. Pertama, penguatan halal value chain dengan fokus pada sektor yang dinilai potensial dan berdaya saing tinggi. Kedua, penguatan sektor keuangan syariah dengan rencana induk yang sudah ada dalam Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (MAKSI). Berikutnya, penguatan sektor UMKM sebagai penggerak utama halal value chain. Terakhir, penguatan di bidang ekonomi digital utamanya perdagangan dan juga keuangan.
Kabar baiknya, tahun lalu, pertumbuhan kinerja perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional. Melansir dari laman Kontan, pertumbuhan pembiayaan bank syariah secara tahunan mencapai 19,0% pada September 2022. Sebaran pembiayaan terbesar berasal dari bisnis mikro (37,32%), pembiayaan kartu (35,81%), dan pembiayaan gadai (30,15%).
Meski pertumbuhan bank syariah belum mencakup semua instrumen keuangan, namun pencapaian diatas bisa menjadi titik awal untuk merancang strategi berikutnya, baik dari sisi perkuat kolaborasi dan inovasi. Ya, industri perbankan syariah masih punya peluang untuk tumbuh sekalipun di tengah tekanan ekonomi global.