Terus naik! Pengguna QRIS Indonesia tembus 25 juta

Percepatan penggunaan alat pembayaran non tunai berupa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) meningkat secara signifikan. Di acara 4th Indonesia Fintech Summit 2020 November lalu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkap, jumlah pengguna QRIS di Indonesia mencapai lebih dari 25 juta orang. Dari jumlah tadi, ada sebanyak 22 juta merchant yang menggunakan QRIS sebagai alat pembayaran. 

90 persen dari merchant yang menggunakan QRIS merupakan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Jumlah pencapaian ini sejalan dengan tujuan awal BI meluncurkan layanan QRIS pada Agustus 2019 lalu. Yaitu, memberikan akses kepada UMKM untuk sistem pembayaran, keuangan, dan fintech. Sejalan dengan pertumbuhan pengguna QRIS, nominal transaksi menggunakan QRIS pun meningkat secara signifikan, yaitu naik 283 persen pada Mei 2022. 

Dari tadi kita membahas soal pertumbuhan pengguna QRIS. Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita mengenal definisi mengenai QRIS itu sendiri? Satu QR code untuk seluruh pembayaran. Pernah mendengar tagline tadi? Buat yang mungkin belum pernah dengar, itu tadi merupakan jargon dari QRIS. Apa sih definisi QRIS itu? Nah, Quick Response Code Indonesian Standard biasa disingkat QRIS (dibaca kris) sederhananya adalah standarisasi pembayaran menggunakan kode QR yang dikembangan oleh Bank Indonesia dan asosiasi sistem pembayaran Indonesia. Tujuannya agar proses transaksi jadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya. 

Seluruh aplikasi pembayaran dari penyelenggara manapun baik bank maupun non bank bisa menggunakan QRIS. Termasuk bisa dipakai di seluruh toko, pedagang, warung, donasi berlogo QRIS, dan lainnya. Disini, merchant hanya perlu membuka rekening atau akun pada salah satu penyelenggara QRIS yang sudah berizin dari BI​. setelah itu, merchant bisa menerima pembayaran dari masyarakat menggunakan QR dari aplikasi penyelenggara manapun.

QRIS Menggunakan 2 model. Pertama, customer presented model (CPM) yang mana pembeli melakukan transaksi pembayaran dengan menunjukkan QRIS miliknya kepada pedagang atau merchant. Kedua, merchant presented model (MPM), kebalikan dari CPM. yaitu merchant menunjukkan QRIS kepada pembeli saat bertransaksi. 

Pengembangan QRIS dan program laku pandai (branchless banking) nyatanya membantu akselerasi inklusi keuangan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Wakil BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyebut, berdasarkan survei OJK, indeks inklusi keuangan Indonesia naik signifikan dari 50 persen di tahun 2015, menjadi 83,4 persen pada 2021. Menurutnya kunci naiknya inklusi keuangan tadi ada pada dua layanan, yaitu laku pandai dan QRIS. 

Selain itu, baik QRIS maupun branchless banking, keduanya membantu terciptanya ekosistem UMKM yang berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kedua layanan itu mempermudah seluruh masyarakat di berbagai wilayah dalam menjangkau layanan keuangan secara remote, tanpa harus pergi ke kantor cabang.

Lebih jauh, Bank Indonesia berkomitmen untuk mempercepat transformasi dalam membangun ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang terintegrasi. Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S. Budiman menyebut, pihaknya menerapkan 3 strategi utama untuk mencapai tujuan tadi. Pertama, percepatan konsolidasi industri pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif melalui reformasi regulasi. Kedua, pengambangan infrastruktur sistem pembayaran yang sarat akan interoperabilitas, interkoneksi, dan integrasi. Ketiga, mengembangkan praktik pasar yang aman, efisien, dan adil. Struktur industri pembayaran nasional akan mengarah pada percepatan inklusi dan inovasi keuangan. 

Scroll to Top
×

Whatsapp

×